Setelah sempat gagal mengikuti 2 kali event Gowes Bareng GF ke Track Cianten sebelumnya, kali ini saya harus memaksakan diri untuk ikut. Maklum saja, event ini hanyak diadakan GF setahun sekali karena alasan jarak tempuh perjalanan menuju lokasi start gowes yang cukup jauh dan bonus macet diperjalanan pulangnya. Sekedar informasi pada event Cianten sebelumnya (Feb 2011), para peserta yang ikut serta saat itu baru tiba dirumah masing-masing pada jam 9-11 malam, padahal keluar dari rumah mulai jam 5 subuh.
Maka sesuai jadwal yang sudah dikeluarkan Om Tobec (Tony Beckman) selaku Manager Track (Matre), maka gowes ke Cianten kali ini ditetapkan tanggal 17 Maret 2012. Pagi-pagi jam 4 subuh saya sudah bangun. Segera meluncur ke rumah Hermawan Kargito (Yayang) untuk berangkat bersama menuju titik kumpul di Sentul Rest Area (SPBU setelah pintu exit Sirkuit Sentul) di tol Jagorawi KM 34. Sesampai disana beberapa GFers (member GF) sudah menunggu didepan Indomaret sambil membeli sarapan. Setelah itu kami melanjutkan perjananan menuju titik start gowes di Kantor Sub Unit PLTA Kracak, di Kecamatan Leuwiliang , Bogor.
Setelah semua siap dengan sepeda dan perlengkapan masing-masing, kami pun memulai ritual sebelum gowes yakni, "berdoa, berhitung dan narsis". Sekitar jam 07:30, sebanyak 17 GFers memulai gowes. Track diawali dengan tanjakan aspal mulus sambil ditemani cuaca gerimis. Makin lama jalanan terus menanjak dan mulai menemui jalan aspal rusak. Nafas sudah mulai sedikit "ngos-ngosan". Akhirnya sampai diwarung pertama dimana Ferry "Badak", Fanny "Bini Badak" dan Dwi Uwik yang sudah menunggu. Seperti biasa alasan telat bangun menjadi penyebab mereka terlambat sampai dititik start gowes sehingga mereka menyusul ditempat ini dengan mobil. Jadi total sekarang menjadi 20 GFers yang ikut gowes. Sambil menunggu yang masih dibelakang, saya beristirahat sambil minum kopi.
Setelah semua peserta sampai dan merasa telah cukup beristirahat, gowes dilanjukan kembali menuju Warung Kebun Teh Cianten yang merukan target titik pemberhentian kedua. Ditemani hujan yang semakin deras, kami pun harus lebih ekstra berjuang untuk tetap gowes dijalan aspal rusak yang semakin lama semakin terjal. Ban sepeda saya beberapa kali tergelincir namun masih bisa diatasi agar tetap diposisi "on saddle". Disepanjang perjalanan menuju titik pemberhentian kedua ini, saya banyak menemui mobil angkot (angkutan umum) yang membawa rombongan sepeda lain dari titik awal start (Kantor Sub Unit PLTA Kracak) menuju Warung Kebun Teh Cianten yang memang biasanya menjadi titik start awal gowes bagi kebanyakan pegowes. Namun bukan True GF (sebutan untuk GFers yang sudah lulus track Curug Panjang untuk dibaptis) sejati apabila tantangan tanjakan ini tidak ditaklukan. Selain itu selisih waktu tempuh dari titik start awal menuju Warung Kebun Teh Cianten antara naik mobil angkot dengan gowes tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan kondisi jalan yang menanjak cukup terjal dan berkelok-kelok. Ditambah dengan sebagian kondisi jalan sudah mulai rusak berat sehingga mobil angkot tidak dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Malahan dibeberapa titik tanjakan sangat sulit dilewati mobil angkot (tersendat-sendat). Jadi daripada mabuk naik mobil angkot mendingan kita gowes, kata salah satu peserta.
Sekitar jam 10:00, akhirnya kami sampai di Warung Kebun Teh Cianten. Sambil melirik jam tangannya, Om Tobec berkata "wah ini record tercepat kita lho, jam segini sudah sampai disini. Biasanya jam 12an baru sampai disini". Sambil menghangatkan badan yang sejak tadi diguyur hujan, kami pun mulai makan dan minum. Kebetulan nasinya baru saja matang, jadi dengan lauk pauk yang seadanya, makannya pun terasa begitu nikmat. Dalam waktu sekejap warung nasi tersebut menjadi sesak karena ke-20 GFers mejadi kalap karena lapar (hehehehehe).
Setelah stamina dan nafas dirasa sudah pulih, sekitar jam 11:15, kami pun melanjutkan gowes menuju Kebun Teh Cianten. Jalan sedikit menanjak namun kali ini tidak seberat sebelumnya karena jalannya sudah dibeton rapi. Gowes terus menanjak sekitar 3 km sampai akhirnya kami tiba di pintu masuk Kawasan Kebun Teh Cianten yang merupakan milik PT Perkebunan Nusantara VIII (persero). Setelah melewati portal pintu masuk kawasan kebun teh, baru terasa upah gowes nanjak terbayar dengan pemandangan alam begitu indah (lebih tepatnya luar biasa indah) dan udara yang super sejuk nam segar (beneran seger bener). Mata dan paru-paru kami terasa dimanjakan disini. Jika sudah seperti ini, tanpa dikomando semua GFers langsung ber-narsis ria yang memang sudah menjadi ciri khas GF. Sekita itu juga baru saya sadari mengapa Ferry "Badak" sampai mau gowes ke Cianten sebanyak 8 kali. Padahal menurut cerita dia, waktu pertama kali kesini dia nyasar dan sampai tiba di rumah jam 1 malam.
Dikawasan Kebun Teh Cianten ini, tidak saya temui motor ataupun mobil. Tidak ada warung maupun pedagang. Jadi kawasan ini benar-benar asri dan alami. Sepanjang mata memandang terlihat kawasan hutan yang sangat indah, jauh dari jangkauan campur tangan manusia. Jalan yang lebar (bisa dilalui 2 mobil dua arah) dan rapi (tidak berlubang) membuat tanjakan-tanjakan berikutnya tidak terasa berat lagi.
Tak lama kemudian kami tiba di turunan rollercoater yang menjadi ciri khas track Cianten. Turunan yang sangat curam namun langsung dilanjutkan dengan tanjakan curam. Tak mau kehilangan moment, saya pun langsung jalan duluan agar bisa mengambil photo pada saat GFers melewati turunnan ini. Semakin masuk kedalam kawasan, semua GFers dibuat terkagum-kagum dengan pesona Cianten. Bahkan ada yang teriak-teriak kegeringan karena memang pemandangan alamnya luar biasa indah, sangat natural dengan udara yang segar.
Selepas Kawasan Kebun Teh Cianten, track sudah mulai berubah total. Diawali dengan single track tanah dan turunan yang cukup terjal. Namun sangat disayangkan dibeberapa titik terdapat lubang yang cukup berbahaya karena bekas jalur air. Dibutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan untuk dapat melewati track ini. Beberapa GFers lebih memilih turun TTB (tuntun bike) untuk meminimal risiko.
Selesai dengan turunan tanah, track berlanjut dengan masuk jalan kampung dengan tujuan Waduk Gunung Bubut. Didominasi dengan turunan makadam (batu lepas), membuat sepeda jenis Hard Tail (tanpa suspensi belakang) agak sedikit menemui kesulitan. Disisi kiri jalan kami, pemandangan alamnya juga tak kalah indahnya dengan kawasan Kebun Teh Cianten, walaupun udara sejuk sudah sedikit berkurang disini.
Sekitar jam 13:00, kami tiba di Waduk Gunung Bubutan di desa Karacak. Waduk ini dimaksudkan untuk tempat menghimpun air agar turbin PLTA Kracak senantiasa berputar sepanjang waktu. Diperkirakan waduk ini selesai dibangun tahun 1925 untuk menunjang PLTA Kracak yang mulai beroperasi tahun 1926.
Karena tidak ada yang mau narsis disini maka kami pun melanjutkan gowes menuju tangga Bendungan Karacak yang juga merupakan ciri khas track kali ini. Tangga ini sangat curam kebawah dengan jumlah anak tangga yang cukup banyak. Sebagian besar GFers lebih memilih jalan tanah disamping tangga tersebut. Sangat tidak dianjurkan bagi neubie untuk menurunin jalan tanah tersebut apalagi melalui tangga. Hanya Ferry "Badak", Iwan Tunggono dan Sutojo (dengan sepeda Hard Tail-nya) yang berani dan mampu melewati turunan melalui tangga.
Selesai dengan dengan turunan tangga Bendungan Karacak, gowes dilanjutkan menuju titik awal start tempat kami parkir kendaraan yang jaraknya kurang dari 1 km dari lokasi tanggga Bendungan Karacak.
Waktu menunjukan jam 13:30 saat kami tiba kembali di pelataran parkir Kantor Sub Unit PLTA Kracak. Gowes kali ini cukup cepat dati yang kami perkirakan sebelumnya yakni selesai jam 17:00. Tanpa berlama-lama kami segera loading bike ke mobil untuk segera pulang agar terhindar dari kemacetan di jalan. Sekitar jam 14:00, kami pun mulai meninggalkan lokasi parkiran untuk kembali ke rumah masing-masing.
Kesan event kali ini tak lain adalah pemandangan alam yang indah dengan udara yang sejuk, jauh (bahkan tidak ada) polusi asap kendaraaan pada saat kami berada di kawasan perkebunan teh. Jika sebelumnya banyak yang mengeluh mengenai tanjakan diawal track, namun pesona keindahan alam dan kesejukannya membuat keluhan tersebut menjadi tidak berarti sama sekali. Banyak GFers yang ingin segera kembali kesini. Dengan jarak tempuh track sekitar 40km dan elevasi 324 - 950 m, track Cianten ini benar-benar direkomendasikan bagi para goweser.
Go GF... Keep Livestrong...
Bagi saya "Gowes bersama GF terasa begitu nikmat"
Manli - GF 47
Untuk photo lainnya Klik disini
Baca Selengkapnya ...
Setelah semua siap dengan sepeda dan perlengkapan masing-masing, kami pun memulai ritual sebelum gowes yakni, "berdoa, berhitung dan narsis". Sekitar jam 07:30, sebanyak 17 GFers memulai gowes. Track diawali dengan tanjakan aspal mulus sambil ditemani cuaca gerimis. Makin lama jalanan terus menanjak dan mulai menemui jalan aspal rusak. Nafas sudah mulai sedikit "ngos-ngosan". Akhirnya sampai diwarung pertama dimana Ferry "Badak", Fanny "Bini Badak" dan Dwi Uwik yang sudah menunggu. Seperti biasa alasan telat bangun menjadi penyebab mereka terlambat sampai dititik start gowes sehingga mereka menyusul ditempat ini dengan mobil. Jadi total sekarang menjadi 20 GFers yang ikut gowes. Sambil menunggu yang masih dibelakang, saya beristirahat sambil minum kopi.
Setelah semua peserta sampai dan merasa telah cukup beristirahat, gowes dilanjukan kembali menuju Warung Kebun Teh Cianten yang merukan target titik pemberhentian kedua. Ditemani hujan yang semakin deras, kami pun harus lebih ekstra berjuang untuk tetap gowes dijalan aspal rusak yang semakin lama semakin terjal. Ban sepeda saya beberapa kali tergelincir namun masih bisa diatasi agar tetap diposisi "on saddle". Disepanjang perjalanan menuju titik pemberhentian kedua ini, saya banyak menemui mobil angkot (angkutan umum) yang membawa rombongan sepeda lain dari titik awal start (Kantor Sub Unit PLTA Kracak) menuju Warung Kebun Teh Cianten yang memang biasanya menjadi titik start awal gowes bagi kebanyakan pegowes. Namun bukan True GF (sebutan untuk GFers yang sudah lulus track Curug Panjang untuk dibaptis) sejati apabila tantangan tanjakan ini tidak ditaklukan. Selain itu selisih waktu tempuh dari titik start awal menuju Warung Kebun Teh Cianten antara naik mobil angkot dengan gowes tidak terlalu jauh. Hal ini disebabkan kondisi jalan yang menanjak cukup terjal dan berkelok-kelok. Ditambah dengan sebagian kondisi jalan sudah mulai rusak berat sehingga mobil angkot tidak dapat melaju dengan kecepatan tinggi. Malahan dibeberapa titik tanjakan sangat sulit dilewati mobil angkot (tersendat-sendat). Jadi daripada mabuk naik mobil angkot mendingan kita gowes, kata salah satu peserta.
Sekitar jam 10:00, akhirnya kami sampai di Warung Kebun Teh Cianten. Sambil melirik jam tangannya, Om Tobec berkata "wah ini record tercepat kita lho, jam segini sudah sampai disini. Biasanya jam 12an baru sampai disini". Sambil menghangatkan badan yang sejak tadi diguyur hujan, kami pun mulai makan dan minum. Kebetulan nasinya baru saja matang, jadi dengan lauk pauk yang seadanya, makannya pun terasa begitu nikmat. Dalam waktu sekejap warung nasi tersebut menjadi sesak karena ke-20 GFers mejadi kalap karena lapar (hehehehehe).
Setelah stamina dan nafas dirasa sudah pulih, sekitar jam 11:15, kami pun melanjutkan gowes menuju Kebun Teh Cianten. Jalan sedikit menanjak namun kali ini tidak seberat sebelumnya karena jalannya sudah dibeton rapi. Gowes terus menanjak sekitar 3 km sampai akhirnya kami tiba di pintu masuk Kawasan Kebun Teh Cianten yang merupakan milik PT Perkebunan Nusantara VIII (persero). Setelah melewati portal pintu masuk kawasan kebun teh, baru terasa upah gowes nanjak terbayar dengan pemandangan alam begitu indah (lebih tepatnya luar biasa indah) dan udara yang super sejuk nam segar (beneran seger bener). Mata dan paru-paru kami terasa dimanjakan disini. Jika sudah seperti ini, tanpa dikomando semua GFers langsung ber-narsis ria yang memang sudah menjadi ciri khas GF. Sekita itu juga baru saya sadari mengapa Ferry "Badak" sampai mau gowes ke Cianten sebanyak 8 kali. Padahal menurut cerita dia, waktu pertama kali kesini dia nyasar dan sampai tiba di rumah jam 1 malam.
Dikawasan Kebun Teh Cianten ini, tidak saya temui motor ataupun mobil. Tidak ada warung maupun pedagang. Jadi kawasan ini benar-benar asri dan alami. Sepanjang mata memandang terlihat kawasan hutan yang sangat indah, jauh dari jangkauan campur tangan manusia. Jalan yang lebar (bisa dilalui 2 mobil dua arah) dan rapi (tidak berlubang) membuat tanjakan-tanjakan berikutnya tidak terasa berat lagi.
Tak lama kemudian kami tiba di turunan rollercoater yang menjadi ciri khas track Cianten. Turunan yang sangat curam namun langsung dilanjutkan dengan tanjakan curam. Tak mau kehilangan moment, saya pun langsung jalan duluan agar bisa mengambil photo pada saat GFers melewati turunnan ini. Semakin masuk kedalam kawasan, semua GFers dibuat terkagum-kagum dengan pesona Cianten. Bahkan ada yang teriak-teriak kegeringan karena memang pemandangan alamnya luar biasa indah, sangat natural dengan udara yang segar.
Selepas Kawasan Kebun Teh Cianten, track sudah mulai berubah total. Diawali dengan single track tanah dan turunan yang cukup terjal. Namun sangat disayangkan dibeberapa titik terdapat lubang yang cukup berbahaya karena bekas jalur air. Dibutuhkan konsentrasi dan kewaspadaan untuk dapat melewati track ini. Beberapa GFers lebih memilih turun TTB (tuntun bike) untuk meminimal risiko.
Selesai dengan turunan tanah, track berlanjut dengan masuk jalan kampung dengan tujuan Waduk Gunung Bubut. Didominasi dengan turunan makadam (batu lepas), membuat sepeda jenis Hard Tail (tanpa suspensi belakang) agak sedikit menemui kesulitan. Disisi kiri jalan kami, pemandangan alamnya juga tak kalah indahnya dengan kawasan Kebun Teh Cianten, walaupun udara sejuk sudah sedikit berkurang disini.
Sekitar jam 13:00, kami tiba di Waduk Gunung Bubutan di desa Karacak. Waduk ini dimaksudkan untuk tempat menghimpun air agar turbin PLTA Kracak senantiasa berputar sepanjang waktu. Diperkirakan waduk ini selesai dibangun tahun 1925 untuk menunjang PLTA Kracak yang mulai beroperasi tahun 1926.
Karena tidak ada yang mau narsis disini maka kami pun melanjutkan gowes menuju tangga Bendungan Karacak yang juga merupakan ciri khas track kali ini. Tangga ini sangat curam kebawah dengan jumlah anak tangga yang cukup banyak. Sebagian besar GFers lebih memilih jalan tanah disamping tangga tersebut. Sangat tidak dianjurkan bagi neubie untuk menurunin jalan tanah tersebut apalagi melalui tangga. Hanya Ferry "Badak", Iwan Tunggono dan Sutojo (dengan sepeda Hard Tail-nya) yang berani dan mampu melewati turunan melalui tangga.
Selesai dengan dengan turunan tangga Bendungan Karacak, gowes dilanjutkan menuju titik awal start tempat kami parkir kendaraan yang jaraknya kurang dari 1 km dari lokasi tanggga Bendungan Karacak.
Waktu menunjukan jam 13:30 saat kami tiba kembali di pelataran parkir Kantor Sub Unit PLTA Kracak. Gowes kali ini cukup cepat dati yang kami perkirakan sebelumnya yakni selesai jam 17:00. Tanpa berlama-lama kami segera loading bike ke mobil untuk segera pulang agar terhindar dari kemacetan di jalan. Sekitar jam 14:00, kami pun mulai meninggalkan lokasi parkiran untuk kembali ke rumah masing-masing.
Kesan event kali ini tak lain adalah pemandangan alam yang indah dengan udara yang sejuk, jauh (bahkan tidak ada) polusi asap kendaraaan pada saat kami berada di kawasan perkebunan teh. Jika sebelumnya banyak yang mengeluh mengenai tanjakan diawal track, namun pesona keindahan alam dan kesejukannya membuat keluhan tersebut menjadi tidak berarti sama sekali. Banyak GFers yang ingin segera kembali kesini. Dengan jarak tempuh track sekitar 40km dan elevasi 324 - 950 m, track Cianten ini benar-benar direkomendasikan bagi para goweser.
Go GF... Keep Livestrong...
Bagi saya "Gowes bersama GF terasa begitu nikmat"
Manli - GF 47
Untuk photo lainnya Klik disini